Jumat, 24 Oktober 2008

KELABU 7 TAHUN

KELABU 7 TAHUN

Oleh: Dzul Azmi

(muridku kelas XD MAT 2008/2009)


Pkl 22.00 WIB, 19 oktober 2008

Dear dairy sabar….sabar….dan sabar.......

Suatu saat semuanya pasti akan berubah! Semuanya akan kau tuai hasilnya…...Kata-kata itulah yg membuatku harus melapangkan dada dan sabar.

Dairy…

Aku ingin tak kuat lagi . Semakin lama sabar itu membuatku harus menahan kemauanku sendiri.

Ya…Allah bantulah aku dan kuatkanlah aku dalam meniti hidupku ini karena sabar itu sangat sulit, tapi aku tidak akan diam diri menjalani hidup ini. Aku akan membanggakan orang tuaku.

Sambil menutup Diary-nya Nia beranjak merangkai mimpi-nya ( tidur-Red ).

Nia…..bangun sayang….,sudah subuh, "suara lembut has ibuku dan sentuhan tangan itu membangunkanku.

"Sudah jam berapa bu….?" Tanya Nia.

"Sudah jam 04.00, Nia…." Jawab ibu seraya meninggalkan menuju ke dapur.

Sambil menatap langit-langit rumahku aku sibuk dengan pikiranku, sejak kecil aku hidup dalam lilitan ekonomi. Gali lobang tutup lobang adalah hal yang biasa dalam keluargaku. Pertengkaran ayah dan ibuku juga sering terjadi, itupun karena masalah ekonomi. Ketika aku menatap wajah ibuku aku melihat kepedihan dan sakit mendalam yang disembunyikan dengan senyumnya. Dan ketika melihat wajah ayahku kebencian dan api kemarahan yang berkobar-kobar kurasakan. Ingin kuberontak keegoisan ayahku, tapi ku tak bisa. Untung kakak ibuku menyekolahkanku setinggi-tingginya dan sesuai keinginanku. Berakit-rakit kehulu, bersenang-senang kemudian. "Mungkin kamu merasakan kepedihan dimasa kecilmu tapi masa depanmu sudah menanti kebahagiaan untukmu". Itulah nasehat yang selalu diucapkan ibuku ketika aku putus asa. Bearibu kata sabarpun tak luput dari nasehat ibuku.

"Nia…!melamun…aja,ingat udah siang lho…!"kata ibu mengagetkanku.

"Eh…ehm…iya…bu…"jawabku sekenanya.

Pukul 06.30 aku berangkat sekolah. Di sekolah tak seorangpun tahu problemku. Di sana aku cukup dikenal guru,teman-teman juga banyak. Ayah dan ibuku adalah alumni sekolahku yang dikenal baik. Karena itu tidak mungkin aku curhat. Sebab itu akan menjadi aib dan mencoreng nama bajk keluargaku. Aku harus menyimpannya sendiri dan menahan semua rasa sakit yang merajam dan menyayat hatiku , membuatku sering menangis bila ku mengimgatnya. Sekarang aku duduk dikelas X SMA Nusa Bangsa.

7 TAHUN KEMUDIAN.....


Assalamu'alaikum………. Ibu…… Nia kangen……

"YA Allah….. Nia", suara ibu menyambutku

"Ayah….mana bu?" Tanyaku, meskipun aku benci tapi tak bisa kupungkiri aku rindu. " ada ….di belakang, beliau lagi sibuk banyak pesanan, Nia….? Jawab ibuku.

Alhamdulillah, gumamku, 5 tahun semuanya benar-benar berubah. Ibuku terlihat begitu bahagia dan benar-benar ikhlas dengan ayahku, " lho… mbak, kapan pulangnya…?" Tanya adikku. " Baru", jawabku. "Bagaimana Nia? Kerjanya lancer kan?" Tanya ayahku tiba-tiba. "Alhamdulillah… iya yah". Jawabku.

Setelah menyelesaikan S1 di Yogyakarta, aku menjadi guru SDIT di sana juga. Aku menerima pesanan kue yang cukup ramai, sehingga aku meminta tolong temanku untuk tinggal dan membantuku. Kadang-kadang aku seperti tidak percaya, tapi aku berpikir tidak usah mengingat sesuatu yang menyakitkan, sebab itu akan membuat dendam yang tidak habis-habis. Aku harus mensyukuri nikmat Allah dan berfikir ke depan.

Tidak terasa sudah satu minggu aku di rumah. Semalam hujan, bau tanah yang basah sangat khas. Ketika aku menyapu tiba-tiba ada mobil berhenti di depan rumah. " Lho…. Itu mobil bude, tapi yang di belakang, mobil siapa? Gumamku pada ibu. Budeku menghampiriku dengan senyum-senyum dan mengajak ibuku bincang-bincang di dalam. Tak lama kemudian ibuku mengajak ayahku juga. Aku bingung, sebenarnya ada apa ini? Tanyaku dalam hati. Kebingunganku terjawab, ada seseorang yang mau menghitbahku. Ha… siapa? Tanyaku dalam hati menambah kebingunganku.

Kemudian keluarlah dari mobil tadi sosok yang kukenal beserta keluarganya, Umar … ya ….Umar, Temanku di Universitas, dia satu ruangan denganku, selain asdos dia juga ketua Rohis di kampus. Apakah dia yang akan mengkhitbahku? Batinku. Tiba-tiba " Dia yang akan melamarmu Nia…, kamu sudah kenal kan?" Tanya budeku. " Iya… bude" jawabku.

Setelah keluargaku menyetujui, akupun menerima khitbah Umar. Setelah satu minggu, aku dan Umar melakukan ijab Kabul di rumahku.

Ya Allah…..

Terima kasih atas apa-apa yang Engkau berikan padaku. Engkau telah menjawab do'aku.

Ya.. Allah….

Ampunilah hamba-Mu yang hina dina ini. Yang pernah tidak menerima keputusan-Mu. Engkau memang Maha adil, Firman-Mu tak pernah salah, Ampuni aku ya Allah, berikanlah aku kemudahan dalam menjalani hidup ini, ,emyampaikan amanat yang telah Engkau berikan padaku. Amiin……, Nia menutup do'anya dengan air mata kebahagiaan.


0 komentar:

Posting Komentar