Anak adalah Anugerah

Blog ini masih dalam tahap penyempurnaan silahkan memberi masukan dan saran ke alamat email musabaa@yahoo.com.

Kekasih Hati

Blog ini masih dalam tahap penyempurnaan silahkan memberi masukan dan saran ke alamat email musabaa@yahoo.com.

Pesona Sulawesi Tengah

Blog ini masih dalam tahap penyempurnaan silahkan memberi masukan dan saran ke alamat email musabaa@yahoo.com

Pantai Panjang Bengkulu

Blog ini masih dalam tahap penyempurnaan silahkan memberi masukan dan saran ke alamat email musabaa@yahoo.com.

ini Medan bung...!

Blog ini masih dalam tahap penyempurnaan silahkan memberi masukan dan saran ke alamat email musabaa@yahoo.com.

Senin, 22 November 2010

Memupuk Mimpi Buah Hati




Merasa menjadi paling realistis, kita kerap membunuh impian anak-anak. Merasa telah banyak makan asam garam kehidupan, kita sering membonsai cita-cita buah hati kita. “Itu mustahil, Nak”, “Cita-citamu itu terlalu tinggi”, “Impianmu itu takkan pernah tercapai”, dan kalimat senada, mungkin pernah kita ucapkan.

Kita mungkin lupa, bahwa komentar-komentar negatif kita tentang cita-cita anak mencipta bekas yang sulit diobati. Kita mungkin tidak sadar, kata-kata meremehkan yang keluar dari lisan kita telah membuat jutaan sel otaknya mati. Jadilah anak tumbuh dalam suasana pesimis. Merasa rendah diri. Tidak pantas melakukan pekerjaan-pekerjaan besar.

Barangkali kita juga tidak ingat, bahwa impian-impian besar anak-anak kita bisa menjadi nyata ketika kita memupuk mimpi-mimpi itu. Mungkin bukan semuanya, tapi salah satunya.

Sewaktu kecil, Vettel mengidolakan “Trio Michael”; Michael Jordan, Michael Jackson, dan Michael Schumacher. Ia ingin menjadi ketiganya; pebasket dunia, penyanyi legendaris, dan pembalap hebat. Ayah Vettel, Norbert, dan ibunya, Heike, tidak ingin mematikan mimpi itu dengan menertawakannya. Mereka memberi ruang agar mimpi Vettel tumbuh dalam jiwanya; menjadi cita-cita, menggerakkan langkah demi langkah untuk mengubahnya menjadi nyata. Meskipun mereka tahu postur Vettel tidak mendukung untuk basket, suaranya juga tidak cukup menjadi modal sebagai penyanyi. Belakangan, Vettel juga menyadarinya. Dari sana impiannya lebih fokus: menjadi pembalap nomor satu!

Bukan sekedar membiarkan impian anaknya tidak mati, Norbert memupuk impian itu agar tumbuh besar. Diantara hal yang paling diingat Vettel kelak adalah hadiah gokar Bambini 60 cc yang diterimanya dari sang ayah saat usianya baru tiga tahun. Vettel bukan hanya mendapat ruang. Ia mendapat dukungan. Ia memperoleh motivasi. Keyakinannya menancap kuat. “Aku pasti bisa!”

Impian yang diucapkan anak kecil lebih dari dua dasawarsa sebelumnya itu menjadi kenyataan seminggu lalu. 14 November 2010, tepat pada usia 23 tahun 134 hari, Sebastian Vettel menjadi juara dunia F1 termuda sepanjang sejarah setelah memenangi balapan di Abu Dhabi. Kini ia juga dijuluki sebagai “Baby Schumi” atau “Michael Schumacher Baru”. Subhaanallah, betapa persis dengan impiannya.

Dunia Islam dewasa ini juga memiliki tokoh besar yang berangkat dari impian di masa kecil. Namanya Ahmad Zewail. Seorang doktor yang menjadi salah satu ilmuwan besar dunia. Pada tahun 1999, DR. Ahmad Zewail meraih penghargaan Nobel bidang kimia. Memaparkan prestasinya, Saudi Aramco World menulis executive summarybegini: “Born in the Nile Delta, Ahmed Zewail became the first scientist to record molecules while they were undergoing chemical reactions that take place in a few millions of a billionth of a second. This established the field of femthochemistry and earned him the 1999 Nobel Prize in Chemistry. In November, he was appointed one of the first three us Science Envoys to Middle East.”

Satu hal yang perlu dicatat, sang ibu menumbuhkan dan memupuk impian Ahmad Zewail sejak dini. Yang paling berkesan, sejak masih anak-anak pintu kamar Zewail diberi papan bertuliskan: Kamar DR. Ahmad Zewail. Subhaanallah, betapa impian itu kini menjadi nyata.

Anak-anak kita mungkin memiliki impian yang setara dengan Sebastian Vettel atau Ahmad Zewail. Atau bahkan melebihi itu semua. Berbahagialah. Itu hal yang baik. Semestinya ada. Sangat tidak tepat jika kita justru mewariskan kerdil obsesi yang menjangkiti banyak orang dewasa. Bukankah manusia hanya akan mengusahakan hal-hal yang dianggap mungkin oleh pikirannya? Maka impian tinggi buah hati kita akan meninggikan kualitasnya, insya Allah. “Sesungguhnya,” kata M. Lili Nur Aulia dalam Mimpi-mimpi Besar, “mimpi dan obsesi seseorang yang besar, indikator ia akan menjadi orang yang besar.”

Selama impian itu tidak salah dalam standar keimanan, kita hanya perlu memupuknya. Memotivasinya, mendukungnya, dan memberikan kesempatan kepada anak untuk mencoba. “Ketika kita memberi anak kesempatan untuk mencoba,” M. Fauzil Adhim meyakinkan dalam Saat Berharga untuk Anak Kita, “hasilnya sangat menakjubkan.” Wallaahu a’lam bish shawab. [Muchlisin]

Artikel ini juga dimuat di www.alummahgresik.com]

Selasa, 19 Oktober 2010

Mengatasi Suami Marah ala Aisyah





Orang yang cerdas intelektual tidak selalu cerdas secara emosional. Kecepatan seseorang dalam belajar pengetahuan baru, menghafal teks, atau menemukan teori baru tidak selalu berbanding lurus dengan kepandaiannya menjalin hubungan dengan sesama. Termasuk dalam kehidupan keluarga.

Kecerdasan intelektual adalah anugerah bagi orang yang memilikinya. Namun pada saat yang sama ia akan menjadi ujian dalam menjaga keharmonisan rumah tangga. Itu bagi orang yang kecerdasan intelektual menjadikannya angkuh kepada pasangan hidup yang taraf kecerdasannya dianggap lebih rendah. Meskipun sebenarnya suami istri sama-sama cerdas. Fakta banyaknya pasangan keluarga yang berpisah dari kalangan terdidik membuktikannya. 


Lain ceritanya jika kecerdasan intelektual itu justru “dimanfaatkan” untuk menjaga langgengnya hubungan.

Suatu hari pada giliran Aisyah, Rasulullah berbaring dengan membuka baju luarnya. Aisyah tampaknya juga sudah tidur. Tiba-tiba Rasulullah bangun dan mengenakan kembali baju luarnya. Keluar dengan pelan-pelan.

Melihat itu Aisyah bangkit. Ia memakai penutup kepala dan mengarungkan kain sarung. Menyamar. Membuntuti Rasulullah.

Ternyata Rasulullah pergi ke makam Baqi’. Di sana beliau berdiri lama, mengangkat tangannya tiga kali, kemudian membalikkan tubuhnya. Agar tidak ketahuan, Aisyah segera kembali. Rasulullah berusaha mengejar. Beliau mempercepat jalannya. Aisyah juga mempercepat jalannya. Rasulullah setengah berlari. Aisyah juga. Rasulullah berlari, Aisyah berlari lebih cepat hingga tiba di rumah lebih dulu. Pura-pura tidur.

“Ada apa denganmu wahai Aisy, mengapa nafasmu tersengal-sengal?” Tanya Rasulullah ketika sudah tiba di kamar.
“Tidak apa-apa wahai Rasul”, jawab Aisyah setenang mungkin.
“Engkau mau memberi tahu akau, atau Allah yang akan memberi tahu?”
“Wahai Rasulullah, biarlah ayah dan ibuku sebagai tebusanmu,….” Aisyah pun menceritakan semuanya.
“Jadi bayangan hitam itu adalah dirimu?” Tanya Rasulullah memastikan.
“Benar”
“Apakah engkau mengira Allah dan Rasul-Nya akan menzalimimu?” nada suara Rasulullah terdengar marah, “Sesungguhnya, saat engkau melihatku melakukan semua itu, Jibril datang padaku. Ia memanggilku dengan suara yang tidak engkau dengar, lalu aku menjawab tanpa terdengar olehmu. Jibril tidak mungkin masuk, karena engkau telah siap-siap tidur. Saat itu aku mengira engkau telah lelap. Aku khawatir mengganggu tidurmu dan mengagetkanmu. Jibril berkata padaku, ‘Sesungguhnya Tuhanmu menyuruh engkau dating ke pekuburan Baqi’ untuk memohonkan ampunan bagi orang-orang yang telah dikubur di sana.’”
“Lantas apa yang harus aku katakana jika dating ke kuburan?” Tanya Aisyah mengalihkan pembicaraan.
“Katakanlah, ‘Kesejahteraan bagimu wahai para penghuni kubur yang terdiri dari orang-orang mukmin dan muslim. Semoga Allah mengasihi semua yang telah mendahului dan yang akan menyusul di kemudian hari diantara kita. Dan sesungguhnya insya Allah kami akan menyusul kalian’.”

Betapa cerdasnya Aisyah! Dan betapa hebatnya ketika ummul mukminin ini menggunakan kecerdasannya untuk meredakan marah Rasulullah. Sang Rasul tidak jadi marah, karena beliau perlu menjawab pertanyaan agama yang diajukan Aisyah.

“Ketika Aisyah tahu bahwa Rasulullah marah kepadanya”, kata Mahmud Al-Misri ketika menjelaskan hadits riwayat Muslim ini, “maka ia berusaha mengalihkan pembicaraan tentang faktor yang memicu kemarahan beliau kepadanya.”

“Hendaknya,” nasehat beliau dalam buku yang sama: 
Shahaabiyyat Haular Rasul, “setiap wanita muslimah mengambil pelajaran dari kisah ini. Yakni jika ia mendapati suaminya marah karena suatu perkara, alihkanlah pokok bahasan ke hal lain untuk mengatasi amarahnya, dan agar kehidupan rumah tangga terus berlanjut dengan penuh kasih, keharmonisan, cinta, dan sayang.”
muchlisin.blogspot.com

Rabu, 25 Agustus 2010

Nuzulul Qur'an Menurut Berbagai Madzhab



Nuzulul Qur'an (turunnya Al-Qur'an) adalah hal yang sangat istimewa bagi umat Islam. Sebagaimana Al-Qur'an merupakan rahmat agung bagi umat ini, nuzulul Qur'an juga merupakan rahmat besar bagi umat ini.

Mayoritas umat Islam di Indonesia berpendapat nuzulul Qur'an jatuh pada tanggal 17 Ramadhan. Bahkan banyak pula yang mengadakan acara khusus untuk memperingati nuzulul Qur'an setiap tahunnya.

Di dalam Al-Qur'an, nuzulul Qur'an difirmankan Allah SWT dalam tiga ayat berikut ini:


شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآَنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ

(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) al-Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). (QS. Al-Baqarah:185)

فِيهَا يُفْرَقُ كُلُّ أَمْرٍ حَكِيمٍ

Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan. (QS. Ad-Dukhan : 4)

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ

Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur'an) pada malam kemuliaan (lailatul qadar) (QS. Al-Qadr : 1)

Sebagaimana QS. Al-Baqarah ayat 185 di atas, sebagian ayat Al-Qur'an bersifat menjadi bayan (penjelas) bagi sebagian ayat yang lain. Tidak ada pertentangan antar ayat Al-Qur'an.

أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآَنَ وَلَوْ كَانَ مِنْ عِنْدِ غَيْرِ اللَّهِ لَوَجَدُوا فِيهِ اخْتِلَافًا كَثِيرًا

Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran? Kalau kiranya Al Quran itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya. (QS. An-Nisa' : 82)

Demikian juga tiga ayat (QS. Al-Baqarah : 185, QS. Ad-Dukhan : 4, dan QS. Al-Qadr : 1) yang menjelaskan nuzulul Qur'an di atas. Ketiganya tidak bertentangan. Namun, dzahir ayat bertentangan dengan realitas sejarah, dimana Al-Qur'an diturunkan kepada Rasulullah SAW selama 23 tahun. Dalam hal ini para ulama terbagi dalam dua madzhab pokok, dan dua madzhab lain sebagai berikut:

Madzhab Pertama tentang Nuzulul Qur'an
Madzhab pertama ini merupakan pendapat dari Ibnu Abbas dan sejumlah ulama, yang kemudian menjadi pendapat jumhur ulama'. Bahwa yang dimaksud nuzulul Qur'an dalam 3 ayat tersebut adalah turunnya Al-Qur'an sekaligus ke Baitul Izzah di langit dunia. Ini untuk menunjukkan kepada malaikat-Nya betapa besar masalah ini. Kemudian Al-Qur'an diturunkan secara bertahap selama 23 tahun. 10 tahun ketika periode Makkiyah, dan 13 tahun dalam periode Madaniyah.

Dalil yang dipakai untuk memperkuat madzhab ini adalah:
1. Perkataan Ibnu Abbas:
"Al-Qur'an diturunkan sekaligus ke langit dunia pada lailatul qadar. Kemudian ia diturunkan selama dua puluh tahun" (HR. Hakim, Baihaqi, dan Nasai). Kemudian Ibnu Abbas membaca firman-Nya:

وَلَا يَأْتُونَكَ بِمَثَلٍ إِلَّا جِئْنَاكَ بِالْحَقِّ وَأَحْسَنَ تَفْسِيرًا

Tidaklah orang-orang kafir itu datang kepadamu (membawa) sesuatu yang ganjil, melainkan Kami datangkan kepadamu suatu yang benar dan yang paling baik penjelasannya (QS. Al-Furqan : 33)

وَقُرْآَنًا فَرَقْنَاهُ لِتَقْرَأَهُ عَلَى النَّاسِ عَلَى مُكْثٍ وَنَزَّلْنَاهُ تَنْزِيلًا

Dan Al Quran itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian. (QS. Al-Isra' : 106)

2. Perkataan Ibnu Abbas:
"Al-Qur'an itu dipisahkan dari Adz-Dzkir, lalu diletakkan di Baitul Izzah di langit dunia, maka Jibril mulai menurunkannya kepada Nabi SAW" (HR. Hakim)

3. Perkataan Ibnu Abbas:
"Allah menurunkan Al-Qur'an sekaligus ke langit dunia, pusat turunnya Al-Qur'an secara bertahap. Lalu, Allah menurunkannya kepada Rasul-Nya bagian demi bagian" (HR. Hakim dan Baihaqi)

4. Perkataan Ibnu Abbas:
"Al-Qur'an diturunkan pada lailatul qadar pada bulan Ramadhan ke langit dunia sekaligus, lalu ia diturunkan secara berangsur-angsur" (HR. Thabrani)

Madzhab Kedua tentang Nuzulul Qur'an
Madzhab kedua tentang nuzulul Qur'an yaitu yang diriwayatkan oleh Amr bin Syarahil Asy-Sya'bi, (seorang tabi'in besar, ahli hadits dan fikih, guru Imam Abu Hanifah, yang wafat tahun 109 H) bahwa yang dimaksud dengan nuzulul Qur'an dalam tiga ayat di atas adalah permulaan turunnya Al-Qur'an itu dimulai pada lailatul qadar di bulan Ramadhan. Lalu turun secara bertahap selama 23 tahun.

Dengan demikian, hanya ada satu macam cara turun menurut madzhab ini, yaitu secara bertahap kepada Rasulullah sebagaimana dinyatakan dalam ayat :

وَقُرْآَنًا فَرَقْنَاهُ لِتَقْرَأَهُ عَلَى النَّاسِ عَلَى مُكْثٍ وَنَزَّلْنَاهُ تَنْزِيلًا

Dan Al-Quran itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian. (QS. Al-Isra' : 106)

Orang musyrik yang diberitahu bahwa kitab samawi terdahulu turun sekaligus, menginginkan al-qur'an juga turun sekaligus.

وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لَوْلَا نُزِّلَ عَلَيْهِ الْقُرْآَنُ جُمْلَةً وَاحِدَةً كَذَلِكَ لِنُثَبِّتَ بِهِ فُؤَادَكَ وَرَتَّلْنَاهُ تَرْتِيلًا * وَلَا يَأْتُونَكَ بِمَثَلٍ إِلَّا جِئْنَاكَ بِالْحَقِّ وَأَحْسَنَ تَفْسِيرًا

Berkatalah orang-orang yang kafir: "Mengapa Al Quran itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja?"; demikianlah supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami membacanya secara tartil (teratur dan benar). Tidaklah orang-orang kafir itu datang kepadamu (membawa) sesuatu yang ganjil, melainkan Kami datangkan kepadamu suatu yang benar dan yang paling baik penjelasannya. (QS. Al-Furqan : 32-33)

Menurut Syaikh Manna Al-Qaththan, madzhab kedua yang diriwayatkan Asy-Sya'bi, dengan dalil shahih dan dapat diterima ini, tidak bertentangan dengan madzhab pertama. Selanjutnya Syaikh Manna Al-Qaththan mengatakan pendapat yang kuat adalah Al-Qur'an diturunkan dua kali : pertama, diturunkan sekaligus ke Baitul Izzah pada lailatul Qadar, dan kedua, diturunkan dari langit dunia ke bumi secara berangsur-angsur selama 23 tahun.

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, ia pernah ditanya oleh Athiyah bin Aswad: "Dalam hatiku ada keraguan tentang firman Allah 'bulan Ramadhan itu bulan yang di dalamnya diturunkan Al-Qur'an', dan firman Allah 'kami menurunkannya pada lailatul qadar'. Padahal Al-Qur'an itu ada yang diturunkan pada bulan Syawal, dzulqa'dah, Dzulhijjah, Muharam, Shafar, dan Rabiul Awal". Ibnu Abbas menjawab: "Al-Qur'an diturunkan pada lailatul qadar sekaligus. Kemudian diturunkan secara berangsur-angsur, sedikit demi sedikit dan terpisah-pisah serta perlahan-lahan sepanjang bulan dan hari"

Madzhab Ketiga tentang Nuzulul Qur'an

Yakni yang berpendapat Al-Qur'an diturunkan ke langit dunia pada 23 malam kemuliaan (lailatul qadar), yang pada setiap malam-malam kemuliaan itu ada yang ditentukan Allah untuk diturunkan setiap tahunnya. Dari jumlah untuk masa satu tahun penuh itu kemudian diturunkan secara berangsur-angsur kepada Rasul sepanjang tahun. Ini hasil ijtihad sebagian mufassir. Pendapat ini tidak mempunyai dalil.

Madzhab Keempat tentang Nuzulul Qur'an
Yaitu pendapat bahwa Al-Qur'an diturunkan pertama-tama berangsur-angsur ke Lauh Mahfudz, sebagaimana firman Allah:

بَلْ هُوَ قُرْآَنٌ مَجِيدٌ * فِي لَوْحٍ مَحْفُوظٍ

Bahkan yang didustakan mereka itu ialah Al Quran yang mulia, yang (tersimpan) dalam Lauh Mahfuzh. (QS. Al-Buruj : 22)

Kemudian ke Baitul Izzah serentak, lalu turun sedikit demi sedikit dalam 23 tahun. Jadi menurut madzhab ini Al-Qur'an diturunkan dalam tiga tahap.

Menurut Syaikh Manna Al-Qaththan, pendapat ini sebenarnya tidak bertentangan dengan kedua madzhab pokok, karena sebelum diturunkan ke Baitul Izzah, Al-Qur'an memang tersimpan di lauh mahfudz sebagaimana QS. Al-Buruj ayat 22 di atas.

Tanggal Pertama Kali Al-Qur'an diturunkan kepada Rasulullah
Al-Qur'an yang diturunkan pertama kali kepada Rasulullah adalah surat Al-'Alaq (Iqra') di gua hira yang terkenal itu. Mengenai tanggalnya, para ulama memiliki banyak pendapat yang satu sama lain ada juga yang berselish jauh. Sebagian mengatakan bulan Rajab dan sebagian lainnya mengatakan bulan Ramadhan. Namun yang benar adalah bulan Ramadhan sebagaimana QS. Al-Baqarah ayat 185.

Dari pendapat bulan Ramadhan ini, terpecah lagi ke dalam beberapa pendapat. Sebagian mengatakan tanggal 7, sebagian berpendapat tanggal 17, dan ada juga yang berpendapat tanggal 18. Syaikh Syafiyurrahman Al-Mubarakfury setelah melakukan penelitian mengatakan di dalam Rahiqul Makhtum bahwa wahyu pertama tersebut jatuh pada hari Senin, tanggal 10 Agustus 610 M, bertepatan dengan bulan Ramadhan. Pada bulan Ramadhan itu, hari Senin jatuh pada tanggal 7, 14, dan 21. Dengan mendasarkan kepada argumen bahwa Al-Qur'an pertama kali diturunkan pada lailatul qadar, dan lailatul qadar ada pada malam ganjil sepuluh hari terakhir Ramadhan, Syafiyurrahman Al-Mubarakfury menyimpulkan bahwa Al-Qur'an pertama kali diturunkan kepada rasulullah pada Tanggal 21 Ramadhan.

Demikian penjelasan mengenai Nuzulul Qur'an menurut berbagai madzhab, semoga bermanfaat. Wallaahu a'lam bish shawab. [Bersama Dakwah, Sumber: مابحث في علوم القران karya Syaikh Manna Al-Qaththan, رحيق المختوم karya Syaikh Syafiyurrahman Al-Mubarakfury, Tafsir Ibnu Katsir, dan Tafsir Fi Zhilalil Qur'an]
muchlisin.blogspot.com

Kamis, 29 Juli 2010

A Message To Lazy Muslims


by Noreaga
Asalamu Alikum:

This post has been inspired by the hundreds of muslims who base their acceptance or rejection of information or knowledge, on whether or not they are present in hadeeth or Quran.

We have rcved thousands upon thousands of emails with questions stating where is your proof from the quran or hadeeth for saying this, or sharing that. Now what is wrong with this interpretation of knowledge or truth?

For one, i myself believe that the Quran holds all the answers to everything that ever was, and will forever be. I believe that everything we seek can be found in the Quran, and the Quran is the ultimate guidance to our lives. With that said, it should be clearly understood that we are the ones who lack knowledge and understanding to correctly grasp the treasures within the Quran and authentic hadeeth.

The Prophet pbuh placed a high urgency on acquiring knowledge, Several other teachings and sayings by the sahaba and Family revolve around why knowledge should be an obligation on every Muslim, and seeking knowledge is a form of 3ibada or worship. The Quran places a high emphasis on seeking knowledge and tafakur, or believers who take time to deeply think and examine concepts and forms of knowledge. The first word revealed to the prophet pbuh from the ALLAH SWT was "iqraa" or "read". Why do you think this is so?

We just completed a series titled the divine book. This series delves into several scientific miracles within the Quran. It is sad and unfortunate that i must say, if it wasn't for western non-Muslim scientists, we would have never grasped the brilliance of the verses that have been with us for centuries. Meaning if knowledge was not sought, we as Muslims would have never grasped the brilliance of the knowledge present in the Quran. Not because the Quran or hadeeth lacks this knowledge, but bcz we lack the understanding and knowledge to correctly grasp them. This is why muslims should stop being lazy and require hadeeth and quranic verses before deciding to delve and discover subjects. Its your obligation to search, build, seek, study, learn, build, and so on and so forth if you are to advance as an individual, or as an ummah. Just imagine if the scientists at nasa said, u know what we r not gonna delve into this subject bcz it is not present in hadeeth Quran?? Is this what Islam is about? Quite the contrary, it is after you seek knowledge that you truly start to appreciate the wisdom and beauty of the Quran and hadeeth.

Knowledge is never a Waste of time or effort:
Even if information contradicts the Quran and hadeeth, it is your responsibility to master the subject to correctly defend the Quran and hadeeth. You can not provide a quranic verse to an athiest scientist to disprove evolution, bcz he/she simply doesn't believe in the Quran. You have to provide solid evidence based on years of research and knowledge and then link it to the Quran, if you are to be a respected Muslim figure or 3alim (knowledgeable person) on a global scale. And what the wise followers of the Quran do, is use what the Quran reveals as guidance to master the mentioned knowledge at hand. Either way there is no room for a lazy ummah, sitting back and saying "I will not look into this bcz it is not shared in Quran or Hadeeth"

Muslims went from the leaders in the domains of literature, science, math, physics, biology, to a 3rd world ummah of followers, awaiting for knowledge to be fed to them, and whom will not even open a book since at face value the presented piece of information or knowledge is not present in their perspective of the Quran or Authentic hadeeth. Today the majority of scholars are not 3alims, even if they claim to be, because they do not posses the appropriate knowledge to lead the world, the way the true examples of Islam did. Why don't we have a Muslim bill gates?, or a Muslim Nasa? Is it bcz the Quran is not adequate or are we the inadequate ones? No matter how much you stress the hadeeth and the quran, if you are not a leading example in the world or your specific community or environment, then you have clearly not understood them, or their purpose.

The absolute creator is the creator of all forms of knowledge, therefor a journey towards knowledge, is one towards understanding and appreciating the brilliance of our creator ALLAH SWT, as well as yourself.

Wa ALLAHu a3lam.

Hope my point was understood, and helpful to the younger generation of Muslims reading this. We need more leaders, and more muslim noble prize winners, more muslim innovators, inventors, and more examples of accomplished and respected muslims figures.
May ALLAH guide us towards the correct wisdom and knowledge to change the world and ourselves to the better inshaALLAH.
http://jannah-wearecoming.blogspot.com

Jumat, 16 April 2010

Amazing Holiday 2010 part 1







Liburan tidak identik dengan berdiam diri di rumah, hal itulah yang terjadi di Pondok Pesantren Ma'ahid Kudus.



Memanfaatkan Liburan selama pelaksanaan UjianMadrasah, Pondok Pesantren Ma'ahid Kudus mengadakan kegiatan bertitle " Amazing Holiday 2010" bagi santri yang duduk di bangku kelas X dan XI. Rangkaian kegiatan berlangsung tanggal 5-13 April 2010.



Panitia acara telah menyiapkan banyak kegiatan, diantaranya: Amazing Training dengan tema " Be Achievement with Dream" oleh Trainer AS Ahid, M.Psi dari Trusco Jawa Tengah, dilanjutkan dengan berbagai perlombaan, berbagi pengalaman dengan Ust. Hatta Syamsuddin, Lc. dari Solo hingga berakhir dengan acara Amazing Mukhoyyam dengan tema " Be Stronger With Other" di Wana wisata Sreni Jepara tanggal 11-12 April 2010.



Liburan semakin bermakna bila kita pandai mengisinya dengan kegiatan yang bermanfaat.(musa).

Rabu, 03 Februari 2010

Remaja sukses, why not?




M. Kemal Abda'u

(XI IPS 3)


Setiap anak yang lahir dari rahim ibunya, pasti memiliki kesempatan untuk melakukan yang terbaik. Begitupun ibu anak tersebut, pasti mengharapkan anaknya dapat menjadi orang sukses. Begitu besar cinta seorang ibu itu. Cinta yang begitu tulus. Bahkan ada yang mengatakan “Kasih ibu sepanjang jalan, kasih anak sepanjang galah.”

Namun, memang tidak semua anak menjadi seperti yang ibunya inginkan. Waktu yang seharusnya digunakan untuk hal yang bermanfaat, malah mereka gunakan dengan sia-sia sehingga banyak kesempatan hilang, uang terbuang cuma-cuma, mimpi-mimpi dan cita-cita menjadi sirna.

Kesuksesan tidak hanya didapat dengan tertawa terbahak-bahak, termenung, berkhayal, nongkrong, atau ikut-ikutan tren terbaru. Akan tetapi kesuksesan akan terwujud apabila kita komitmen terhadap apa yang kita impikan.

Kenapa kita sebagai remaja harus memiliki impian? Karena dengan impian kita bisa mengetahui apa yang akan kita capai sehingga menjadi realita dalam pikiran kita. Selain itu Allah SWT juga berfirman dalam sebuah hadits qudsi, “Aku bergantung prasangka hamba-Ku kepada-Ku. Bila ia berprasangka baik kepada-Ku, maka kebaikan baginya. Dan bila ia berprasangka buruk, maka keburukan baginya.”

Maka dari itu wahai sahabat-sahabatku, memiliki impian itu sangatlah penting, sehingga setiap remaja harus mempunyai impian yang jelas. Selain itu impian memiliki beberapa fungsi, antara lain:

  1. Penunjuk arah

Dengan impian kita akan mengetahui tujuan kita sehingga kita tidak akan tersesat atau tidak sampai tujuan. Hal ini seperti seorang remaja yang ingin naik taksi tapi ia tidak tahu mau kemana. Sopir taksi itu pun menanyakan kepadanya, punya uang berapa? Lalu remaja itu menjawab, seratus ribu. Mungkin sopir taksi itu akan memarahi remaja tersebut karena tidak tahu tujuannya. Atau mungkin si sopir mengajaknya jalan-jalan, muter-muter sampai argo menunjuk angka pas seratus ribu dan remaja itu diturunkan pada tempatnya semula atau bahkan diturunkan di tempat yang tidak ia kenal. Maka dari itu, sebagai remaja kita harus mempunyai impian sehingga kita meraih semua yang kita inginkan.

  1. Menambah nilai pekerjaan

Karena dengan memiliki impian, hidup kita akan lebih bermakna karena kita tahu tujuan akhir kita. Jadi kita belajar, bekerja, beraktifitas bahkan untuk mengisi waktu luang saja tetapi sebagai jalan kita untuk meraih impian-impian kita.

  1. Memberikan kekuatan pada fungsi impian itu sendiri

Impian yang besar akan menghasilkan upaya yang besar. Dan upaya yang besar pastinya akan memberikan hasil yang maksikmal.sehingga orang harus memiliki yang tinggi agar usaha untuk mencapainya juga menantang. Contohnya ada dua orang yang memiliki impian. Si A memiliki impian ingin mendirikan musholla seluas lima kali lima meter persegi. Si B mempunyai impian membangun islamic centre seluas 100 x 100 meter persegi. Dalam hal ini sangatlah jelas bahwa si B akan mengerahkan segala kemampuannya agar islamic centrenya itu jadi. Ia akan membuat proposal yang bagus, menghubungi teman-temannya yang memiliki tujuan yang sama. Dan akhirnya si B berhasil membangun islamic centre. Berbeda dengan si A, ia hanya perlu modal sedikit dengan kerja yang ringan sehingga usahanya untuk membangun musholla pun dianggap santai. Hal ini berbahaya karena mungkin kita akan kehilangan semangat untuk berusaha.

  1. Menentukan prioritas

Otomatis jika kita memiliki impian, pasti kita akan mengalokasikan waktu,. Tenaga, uang, fikiran untuk mengejar impian kita. Sehingga hidup kita tidak hanya ikut-ikutan anak muda yang lain.

  1. Meramal masa depan

Hidup kita sekarang ini merupakan hasil dari impian dan usaha kita pada waktu sebelumnya. Jadi masa depan kita adalah impian kita saat ini. Oleh karena itu, setiap remaja harus memiliki impian agar masa depannya cerah.

Teman-temanku, begitu banyaknya fungsi impian itu, sehingga kita harus mempunyainya. Agar mulai detik ini setelah kita duduk lalu merenunglah, apa yang harus saya capai? Dan pastinya kita juga harus berkomitmen terhadap apa yang kita niatkan, agar kita tidak menjadi pemuda yang plin-plan. Bersama-sama kita pasti bisa meraih kesuksesan tersebut. Amien..............

Senin, 01 Februari 2010

Some tings about discipline



Muhammad Kemal Abda’u

(Siswa Kelas XI IPS 3 Th 2009/2010)


Sebuah kelas dalam institusi sekolah adalah gambaran dari pengelola dan warganya. Pengelola kelas dalam hal ini adalah guru dan manajemen sekolah yang telah membatasi jumlah siswa yang terdapat dalam satu kelas.

Suasana kondusif sebagai prasarana terjadinya kedisiplinan bisa jadi lewat resep di bawah ini:

1. Menciptakan dan menerapkan kesepakatan kelas.

Kesepakatan ini juga bisa disebut peraturan. Kelas akan rebut dan guru akan emosi, tanpa peraturan, biasanya guru cenderung pilih kasih dan tidak adil.

Sebagai guru terkadang harus membuat peraturan untuk kelasnya, tapi akan lebih mudah jika melibatkan seluruh warga kelas tersebut. Dijamin, mereka merasa memiliki dan diingatkan secara halus, karena peraturan ini yang membuat siswa itu sendiri.

2. Menumbuhkan kerjasama

Kerjasama adalah salah satu kunci dalam menumbuhkan kebersamaan, mengingatkan seluruh warga kelas untuk bekerjasama menerapkan hal-hal yang sudah disepakati bersama.

3. Komitmen

Peraturan mengenai kedisiplinan mungkin berbeda-beda di setiap kelas. Tetapi, harus ada hal yang sama dan sejalan, hal itu adalah komitmen.

Komitmen adalah sebuah sikap yang menjadikan kedisiplinan terjadi secara natural tanpa paksaan apapun.

4. Open Mind

Dalam menerapkan kedisiplinan, dibutuhkan perangkat tertulis yang mengaturnya. Namun bukan berarti tidak dapat dikoreksi dan dikembangkan bersama seluruh warga kelas. Adakan Class Meeting untuk membahas isu-isu yang berkaitan dengan kedisiplinan. Dalam hal ini guru menjadi fasilitator yang baik, dengan memancing partisipasi siswa saat membahas mengenai peraturan yang berlaku di kelas.