Minggu, 15 Maret 2009

Pudarnya bayang-bayang Tita



Dzul Azmi Afifatul Islam, XD MAT Ma'ahid 08/09

Hawa dingin yang merasuki tulangku tak menyurutkan niatku untuk segera sampai ke sekolah. Tangis yang kutahan menyesakkan dadaku, membuatku tak dapat berkata-kat. Dengan setengah berlari aku menyambar kunci Vario meninggalkan kedua orang tuaku yang heran melihat tingkahku.

Sesampai disana, sekolah masih sangat lengang dan sepi. Aku dapat melampiaskan semua, tumpah sudah tangisku disana, hingga aku merasa ada yang menyentuh bahuku. Aku tersentak melihat yang berdiri di depanku……Kiara!!?? “kenapa kamu menangis? Ada masalah apa?” Tanya Kiara lembut. “Gak usah sok peduli deh kamu! Bukannya kamu senang melihatku menangis.” Sahutku sengan kesal. Baying-bayang kelam itu berputar lagi di fikiranku. “Aku ingin kamu berbagi denganku, siapa tahu aku dapat membantumu…….” Kata Kiara lagi. “Apa kamu bisa kupercaya?”. Entah kenapa aku mengatakan itu, mungkin aku memang membutuhkan teman untuk berbagi, pikirku. “insya allah, aku bisa”. Jawab kiara cepat. Entah kenapa tiba-tiba aku berhambur memeluk Kiara, danb kulihat Kiara bingung namun dia menenangkanku lembut. “Tolong aku Kara….tolong aku…..aku takut”. Kataku dengan sesenggukan. “Tenang Tita….tarik nafas dalam-dalam dan ceritakan padaku pelan-pelan denganku ya…”. Kata Kiara lembut.Teng….Teng….Teng….. bel berbunyi manandakan jam pelajaran akan dimulai. Sepanjang jam pelajaran, fikiranku masih berputar** dan kulihat Kiara masih berfikir tentang kata-kataku tadi.

**

Sejak bersahabat dengan Kiara, hari-hariku terasa lebih ringan. Satu-persatu problemku mengalir pada Kiara dan ia benar** menjaga rahasiaku. Termasuk bayangan kelam itu, ya…. Bayangan ketika aku digoda om-ku sendiri, ketika aku diciumi dan aku selalu dirayu dengan dalih dia menyayangiku. Problem inilah yang membuatku hancur. Aku ingin menghancurkan baying-bayang itu sebelum aku dihancurkan olehnya. Aku dan Kiara akan mencari solusi yang tepat dan sesegera mungkin.

**

“Kiara, aku takut sama ayah dan ibu. Ayah pasti akan marah dan ibupun sedih. Dan takutnya lagi, dikira aku mau aja lemah. Aku bukan seperti itu… aku sudah melawan sekuatku dan dia benar – benar bengis”. Kataku dengan menahan tangis. “ Aku mengerti Ta…, tapi kamu harus berani mengatakannya, sebelum ada orang lain yang membongkarnya. Besok aku akan menemanimu”. Bales Kiara dengan tegas tetapi lembut.“OK ! besok ke rumahku jam 8 pagi”, sahutku dengan optimis.

**

Jam 8, Tet… tet…. “ Assalamu’alaikum”, pintu terbuka …

“oh.. nak Kiara.. masuk, Tita ada di dalam, masuk aja ke kamarnya di pojok itu”. Kata Ibuku dengan menunjuk kamarku. “ Gimana ini Ra… aku takut”. Kataku sambil meremas-remas jemariku yang dingin. “ Ayo …cepat… aku akan membantumu”.

**

“Ayah, Ibu.. Aku ingin ngomong sesuatu.. ini penting..” kataku, “Ada apa Tita… tidak seperti biasanya, sepertinya rahasia ya…?” Tanya mereka. Aku bercerita selengkap-lengkapnya ditemani dengan Kiara, sampai pada ujungnya orangtuaku mengambil keputusan untuk mengundang om-ku.


**

Setelah 1 minggu….

Diary…

Bayang kelam mulai runtuh…..

Lenyap dari pikiranku…….

Ku kan mulai lembaran baru…….

Terima kasih ya Rabbi….

Atas petunjuk dan hidayah-Mu…..

Kiara adalah karunia terindah dalam hidupku….

Miss perfect yang sombong tidak akan ada lagi….

Aku akan menjadi muslimah yang sejati…..

Bantu aku ya ….Rahim….

“AKU AKAN BERUBAH……”

Kututup Diaryku dengan hati yang berbunga-bunga….

Dengan sigap kunyalakan varioku untuk shopping. Aku akan membeli beberapa pakaian muslimah dan seragam baru yang panjang seperti yang di kenakan Kiara.


Sesampai di rumah aku mengemas baju-bajuku yang tidak memenuhi “standard” menutup aurat ke dalam kardus. Kemudian ku ganti dengan pakaian-pakaian baruku. “Ini baru namanya baju”. Kata batinku yang senang.

**

‘Tita…..cepat sarapan nanti terlambat sekolah…..!!” Panggil ibuku. “Iya bu…..” Kataku sambil keluar dari kamar. Ayah dan ibu heran melihatku berubah…..


“Tita kamu tidak main-main,kan?” Tanya orang tuaku. “Ya….tidaklah. mulai sekarang Tita akan menutup aurat dengan sempurna, biar kejadian yang lalu tidak terulang kembali”. Jawabku dengan lancer.

Di sekolah aku seperti artis. Teman-teman semua melihatku seperti tidak percaya, seolah mereka berkata TIta berjilbab? Apa gak salah?.

“Tita….kamu…..” kata Kiara. “Ya….aku berubah, aku mau bertaubat dan menjadi muslimah yang baik, karena itu Bantu aku ya,Ra….” Kataku. “Pasti aku Bantu, kita kan sahabat yang jalinan kita tidak akan terputus meski waktu dan jarak memisahkan”. Jawab Kiara. “Terima kasih ya,Ra…. Kamu selalu ada untukku dan menolong dari kelamnya hidupku, terlebih lagi, kamu dapat memudarkan bayangan kelam yang sekarang telah hilang dari fikiranku”. Aku dan Kiara saling merangkul sampai-sampai kita menangis karena terharu mengenang masa-masa yang telah kita lewati bersama.



0 komentar:

Posting Komentar