Anak adalah Anugerah

Blog ini masih dalam tahap penyempurnaan silahkan memberi masukan dan saran ke alamat email musabaa@yahoo.com.

Kekasih Hati

Blog ini masih dalam tahap penyempurnaan silahkan memberi masukan dan saran ke alamat email musabaa@yahoo.com.

Pesona Sulawesi Tengah

Blog ini masih dalam tahap penyempurnaan silahkan memberi masukan dan saran ke alamat email musabaa@yahoo.com

Pantai Panjang Bengkulu

Blog ini masih dalam tahap penyempurnaan silahkan memberi masukan dan saran ke alamat email musabaa@yahoo.com.

ini Medan bung...!

Blog ini masih dalam tahap penyempurnaan silahkan memberi masukan dan saran ke alamat email musabaa@yahoo.com.

Senin, 02 Juni 2014

Mau Latihan Manasik Haji, Hubungi KUA Setempat


Ibadah haji merupakan puncak peribadatan seorang muslim sebagai penunaian rukun Islam yang ke lima. Ulama menganalogikan haji sebagai pagar bagi sebuah bangunan, dimana berfungsi untuk menjaga dan memperindah bangunan tersebut. Namanya juga pagar, boleh jadi harus dibuat, jika mampu, namun jiga tidak mampu, ya tidak apa-apa.

Sebelum Anda berangkat ke tanah suci untuk menunaikan ibadah haji biasanya Anda akan mengikuti program latihan manasik haji. Hal tersebut bertujuan untuk memberikan pemahaman mengenai tata cara (manasik) haji yang akan Anda lakukan pada saat menjalankan ibadah haji di tanah suci.

Anda tidak perlu repot-repot untuk menyewa pelatih khusus untuk mengikuti latihan atau mendaftar haji dulu di KBIH agar bisa menikmati fasilitas latihan tatacara (manasik) haji.

Melalui akun twitter @Kemenag_RI Kementerian Agama RI menawarkan program manasik haji dari Kementerian dengan semboyan Ikhlas Beramal ini. Anda cukup mendatangi KUA setempat agar bisa mengikuti layanan manasik haji, program ini tidak dipungut biaya alias gratis.

“Latihan manasik haji tidak harus ikut KBIH. Silahkan ikut manasik di KUA dan Kankemenag setempat. GRATISS. #tipshaji” begitu kicau akun @Kemenag_RI.

Semoga dengan program ini layanan haji di Kementerian Agama RI semakin baik, dan Jama’ah haji bias beribadah dengan khusyu’ di tanah suci.

Rabu, 12 Februari 2014

Baru

Seperti anak kecil, yang gembira saat memakai baju baru atau manisan dengan warna warninya, atau pun mainan mainan baru. . Ini mungkin yang menjadikan kita gembira saat menjadi pegawai baru.
Tetapi, orang dewasa sangat tahu, bahwa bukan pada kebaruan itu stasiun pemberhentian terakhir.
Ini adalah hari hari untuk berkarya. sebab, apapun pekerjaan kita, itu hanyalah pilihan peran. Layaknya peran peran lainnya. Di sana mungkin ada kehormatan, kebanggaan, sanjungan. Tapi sejatinya sejauh mana peran itu berjalan, sejauh mana jabatan itu berfungsi, sebesar itu kehormatan dan ke-baru-an memberi arti.

Kamis, 23 Januari 2014

Selalu ada Senyum di balik Musibah

Banjir yang melanda wilayah Jawa Tengah terutama Kabupaten Kudus menyisakan banyak kepedihan. banyak keluarga yang harus mengungsi, terlebih lagi bencana ini juga merenggut korban jiwa.
Betapapun dahsyatnya bencana ini, roda kehidupan haruslah tetap berjalan. air mata kepedihan harus segera diseka, rintih kesakitan membutuhkan segera pengobatan.
Terlihat betapa para korban mampu menunjukkan rona kebahagiaan meskipun kita yakin, mereka menderita, meskipun banyak kepedihan yang mereka alami.
Pray For Kudus, semoga musibah ini mampu menguatkan persaudaraan kita, semoga musibah ini menjadikan kita semakin dekat dengan Sang Pencipta Alam Semesta Allah SWT.

Rabu, 24 Oktober 2012

Kaur


hati-hati jika lewat Kaur, jangan makan di sana, jangan makan sembarangan..

Agak gugup ketika dapet surat tugas yang disitu tertulis Kabupaten Kaur, Bengkulu. Segeralah saya mencari peta, wow… jauh nian..
setelah mendarat di Bandara Fatmawati Bengkulu, mencoba mencari tahu, transportasi ke daerah yang dituju. untuk perjalanan jauh, jangan sekali-kali naik taksi, pasti mahal, kami bertanya kalau ke Kaur berapa? 700 ribu jawabnya. Hah mahal amat..
Akhirnya dengan harga 50 ribu kami meminta diantar ke travel yang menuju ke Kaur. Ternyata dengan travel, cukup mengeluarkan uang 75 ribu, kami diantar sampai ke tempat tujuan.
Sebagaimana lazimnya sopir trans sumatera, waktu tempuh yang 6 jam, sopir kami ini selalu bikin deg degan, dan sepanjang jalan kami selalu banyak berdzikir.
Konon katanya, orang Kaur itu serem-serem, bahkan ada cerita, budaya meracun orang kaur itu tinggi. Sering terdengar orang tewas begitu saja tanpa sebab. Orang-orang sudah pada mafhum bahwa korban mati diracun.
Sampai ada seorang pegawai yang ditempatkan di Kab. Kaur diwanti-wanti orangtuanya agar berhati-hati, dan dibekali dengan tehnik bagaimana mengenali gelagat orang mau meracun, racun disini maksudnya adalah sihir yang bisa mencelakai orang.
Selidik punya selidik ternyata soal racun lebih ke cerita rumor yang dibesar-besarkan untuk menakut-nakuti anak-anak. Orang Kaur adalah suku bangsa yang hangat dan ramah. Wisata alamnya juga mempesona, sayang, kami tak sempat mengunjungi Pantai Sekunyit.
Begitu juga kulinernya, warung di pinggir jalan yang menyediakan sate gurita pun hanya kami lalui, dan kami belum sempet mencicipinya.
Terima kasih atas indahnya persaudaraan ini…

Sabtu, 03 Maret 2012

Keikhlasan, Saat Dirimu Merasa Tidak Lebih Baik daripada Orang Lain


dakwatuna.com - (David Hadi) Melakukan keikhlasan, tidaklah semudah mengatakannya. Sebagaimana pernah diakui oleh seorang ulama besar Sufyan ats-Tsauri, beliau berkata, “Tidak ada suatu perkara yang paling berat bagiku untuk aku obati daripada meluruskan niatku, karena niat itu bisa berubah-ubah terhadapku.”
Namun, bukan berarti ikhlas itu tidak dapat dilakukan, dan bukan berarti ikhlas tidak dapat diusahakan. Karena ikhlas adalah suatu ‘ilmu’. Ilmu di mana kita dapat mempelajarinya, dan terus mempelajarinya, sampai akhirnya kita benar-benar paham akan makna ikhlas. Ikhlas itu sendiri merupakan hal yang amat sakral, ia adalah perintah dan ia adalah syarat diterimanya suatu ibadah.
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus.” (QS. Al-Bayyinah: 5)
Memang benar, ikhlas adalah rahasia, rahasia dalam hati masing-masing insan. Dan ikhlas adalah rahasia dari rahasia yang teramat lembut, sehingga samar dari dugaan semua yang hidup. Begitu samar dan tersembunyi, sehingga sulit bagi diri seseorang atau orang lain untuk mengukur kemurniannya. Dalam hadits Rasulullah SAW dikatakan:
Keikhlasan adalah rahasia yang diambil dari rahasia-rahasia-Ku. Aku telah menempatkannya sebagai amanat di hati sanubari hamba-hamba-Ku yang Aku Cinta.” (HR. al-Qazwaini)
Hasan al-Banna pernah berkata tentang makna ikhlas, “Ikhlas adalah seorang saudara muslim yang bermaksud dengan kata-katanya, amalnya, dan jihadnya, seluruhnya hanya kepada Allah, untuk mencari ridha Allah dan balasan yang baik dari Allah dengan tanpa melihat kepada keuntungan, bentuk, kedudukan, gelar, kemajuan, atau kemunduran. Dengan demikian ia menjadi tentara aqidah dan fikrah dan bukan tentara keinginan atau manfaat.”
Salah satu sebab jauhnya diri kita dari ikhlas ialah sifat ‘ujub, sifat berbangga diri yang berlebihan, dan menganggap orang lain tidak lebih baik dari diri kita. Sifat ini yang sering muncul tanpa kita sadari, yang mampu merobek-robek keikhlasan dalam diri kita. Ia yang mampu menodai kemurnian ikhlas dalam hati dan ia yang mampu mengotori hati dengan lendir-lendir kenistaan.
Tentunya kita tak ingin, keikhlasan yang ada di dalam hati ini, keikhlasan yang selalu kita jaga ini, ternodai dan bahkan terkotori. Dan hal yang dapat kita lakukan untuk menjaga keikhlasan adalah dengan menghapus sifat ‘ujub itu dari dalam hati, membuangnya jauh-jauh tanpa tersisa. Dimulai dengan hal yang kecil dan sederhana, yaitu anggaplah orang lain lebih baik daripada diri kita, anggaplah ia lebih mulia di sisi Allah.
Jikalau kita melihat seseorang yang lebih muda daripada kita, maka hendaklah kita berkata, “Anak ini masih muda usianya, belum banyak berbuat dosa dan bermaksiat kepada Allah, sedangkan aku yang sudah lebih tua darinya tentu telah banyak berbuat dosa dan bermaksiat kepada Allah. Maka tiada keraguan lagi bahwa ia lebih baik daripada aku di sisi Allah.”
Jikalau kita melihat seseorang yang lebih tua daripada kita, maka hendaklah kita berkata, “Orang tua ini sudah beribadah kepada Allah lebih dahulu daripada aku, maka tiada keraguan lagi bahwa ia lebih banyak pahalanya, lebih mulia daripada aku di sisi Allah.”
Manakala kita melihat orang alim, maka hendaklah kita berkata, “Orang alim ini telah dikaruniakan kepadanya bermacam-macam pemberian ilmu yang tidak dikaruniakan kepadaku. Ia telah sampai ke martabat yang aku tak sampai kepadanya, dan ia mengetahui berbagai masalah yang tak aku ketahui, maka bagaimana aku bisa sepertinya sedangkan diriku masih bergelimang dengan dosa dan maksiat?”
Bila kita melihat orang yang bodoh, maka hendaklah kita berkata, “Orang ini bodoh lantas ia berbuat maksiat kepada Allah dengan kejahilannya, tetapi aku berbuat maksiat dengan ilmuku, dengan kesadaranku, maka bagaimana aku dapat mempertanggungjawabkannya di hadapan Allah nanti?”
Saat kita menyaksikan orang fasik atau ahli maksiat, maka hendaklah kita berkata, “Benar orang ini jasadnya bergelimang dalam kemaksiatan dan dosa, tapi siapa yang tahu kalau sebenarnya hatinya selalu benci pada kemaksiatan yang ia lakukan, dan bersamaan dengan itu ia tetap mengagungkan Tuhannya. Terbuka kemungkinan suatu saat nanti ia bertaubat dan menyesali perbuatannya, lalu ia melakukan amal shalih yang nilainya lebih tinggi di mata Allah daripada aku. Sedangkan aku sendiri sampai saat ini dan nanti, tidak pernah tahu apakah ketaatanku itu diterima oleh Allah atau tidak. Dan aku juga tidak pernah mengetahui apa yang akan terjadi pada diriku esok hari.”
Di kala kita melihat orang kafir, maka hendaklah kita berkata, “Aku tidak tahu, kemungkinan orang kafir ini akan beriman, memeluk agama Islam dan akhirnya mempunyai husnul khatimah, sedangkan aku tidak tahu apakah akan bisa menjaga keimanan ini hingga akhir hayat dan mendapatkanhusnul khatimah?”
Pertanyaan seperti ini bukan mengada-ada, tapi pasti dan yakin. Karena jika kita bertanya, siapakah yang dapat memastikan kalau kita dapat menjaga keimanan ini hingga akhir hayat, lalu kita memperoleh husnul khatimah? Siapa yang bisa tahu secara pasti kalau dirinya pasti diampuni oleh Allah? Siapakah yang dapat menjamin kalau diri kita pasti selamat di akhirat? Semua itu adalah rahasia Allah, yang tiada seorang pun yang dapat mengetahuinya. Bahkan beliau, Rasulullah SAW berkata:
Katakanlah: Aku tidak mengatakan padamu, bahwa perbendaharaan Allah ada padaku, dan tidak (pula) aku mengatakan kepadamu bahwa aku seorang malaikat. Aku tidak mengikuti kecuali apa yang diwahyukan kepadaku. Katakanlah, ‘Apakah sama orang yang buta dengan yang melihat?’ Maka apakah kamu tidak memikirkan(nya)?” (QS. Al-An’aam: 50)
Katakanlah, ‘Aku tidak berkuasa menarik kemanfaatan bagi diriku dan tidak (pula) menolak kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allah. Dan sekiranya aku mengetahui yang ghaib, tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemudharatan. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman.’” (QS. Al-‘Araaf: 188)
Referensi: Mahmud Ahmad Mustafa, Dahsyatnya Ikhlas.