hati-hati jika lewat Kaur, jangan makan di sana,
jangan makan sembarangan..
Agak gugup ketika dapet
surat tugas yang disitu tertulis Kabupaten Kaur, Bengkulu. Segeralah saya
mencari peta, wow… jauh nian..
setelah mendarat di Bandara
Fatmawati Bengkulu, mencoba mencari tahu, transportasi ke daerah yang dituju. untuk
perjalanan jauh, jangan sekali-kali naik taksi, pasti mahal, kami bertanya
kalau ke Kaur berapa? 700 ribu jawabnya. Hah mahal amat..
Akhirnya dengan harga 50
ribu kami meminta diantar ke travel yang menuju ke Kaur. Ternyata dengan travel,
cukup mengeluarkan uang 75 ribu, kami diantar sampai ke tempat tujuan.
Sebagaimana lazimnya sopir
trans sumatera, waktu tempuh yang 6 jam, sopir kami ini selalu bikin deg degan,
dan sepanjang jalan kami selalu banyak berdzikir.
Konon katanya, orang Kaur
itu serem-serem, bahkan ada cerita, budaya meracun orang kaur itu tinggi.
Sering terdengar orang tewas begitu saja tanpa sebab. Orang-orang sudah pada
mafhum bahwa korban mati diracun.
Sampai ada seorang pegawai
yang ditempatkan di Kab. Kaur diwanti-wanti orangtuanya agar berhati-hati, dan
dibekali dengan tehnik bagaimana mengenali gelagat orang mau meracun, racun
disini maksudnya adalah sihir yang bisa mencelakai orang.
Selidik punya selidik
ternyata soal racun lebih ke cerita rumor yang dibesar-besarkan untuk
menakut-nakuti anak-anak. Orang Kaur adalah suku bangsa yang hangat dan ramah.
Wisata alamnya juga mempesona, sayang, kami tak sempat mengunjungi Pantai
Sekunyit.
Begitu juga kulinernya,
warung di pinggir jalan yang menyediakan sate gurita pun hanya kami lalui, dan
kami belum sempet mencicipinya.
Terima kasih atas indahnya
persaudaraan ini…